Pada catatan kaki buku berjudul Asal Usul Perang Jawa karangan Dr. Peter Carey tertulis :
“Moyang
perempuan Dipanegara, Ratu Ageng ( Tegalrejo ) ( C. 1735 - 1803 )
adalah putera Ki Ageng Derpayuda, Kyai termashur pada awal abad 18 yang
berdiam di kawasan Sragen di dekat Surakarta. Melalui Ibunya Ni Agung
Derpayuda ratu Ageng ( Tegalrejo ) dilahirkan dalam generasi Ketiga dari
Sultan Bima di Sumbawa, kesultanan di Indonesia bagian Timur yang
tersohor ketaatannya pada agama Islam. Karena itu dalam diri Dipanegara
mengalir darah Madura ( dari neneknya ratu Kedhaton ) yang meninggal
tahun 120 dan darah Bima”.
Pada dokumen lain yang berasal dari Raja-Raja Mataram ada disebutkan : “Kyai Suleman Bekel Jamus (Surakarta ) adalah putera raja Bima dan lahir 1601”.
Dokumen ini memberikan petunjuk bahwa dalam abad 17 di Kerajaan
Mataram ada putera Raja Bima yang sedang mengabdi di sana. Dihubungkan
dengan tulisan Dr. Peter Carey, maka kedua dokumen itu saling
mengukuhkan dan membenarkan.
Dikaitkan
dengan silsilah Raja-Raja Bima, kelahiran Kyai Suleman tahun 1601 sama
dengan tahun kelahiran Sultan Abdul Kahir, Sultan pertama Kerajaan
Bima. Antara Kyai Sulaiman dan Sultan Abdul Kahir sebaya. Dari data
tersebut tidak mungkin saudaranya Sultan Abdul Kahir apalagi keturunan
generasi berikutnya sebagaiman dikemukakan sementara orang, yang kawin
dengan Puteri Madura. Melainkan setidak-tidaknya salah seorang keluarga
Raja Bima generasi ayah Sultan Abdul Kahir yakni pamannya yang
kawin dengan Ratu Kedhaton Puteri Madura. Siapakah paman Sultan Abdul
Kahir yang kawin dengan Ratu Kedhaton dari Madura ? Berorentasi kepada
waktu, maka periode masa pemerintahan Raja Bima Ma Waa Ndapa mempunyai
kaitan dengan data yang dikemukakan. Ma Waa Ndapa mempunyai 5 orang
anak, 4 orang putera dan seorang puteri yaitu :
- Sarise, menjadi Raja Bima.
- Mantau Asi Sawo, menjadi Raja Bima, melahirkan Sultan Abdul Kahir.
- Manuru Sarei.
- Salisi, Raja Ma Ntau Asi Peka, Menjabat wali Raja bima.
- Seorang puteri, Ibu Bumi Jara.
Keempat saudara itu hanya Manuru Sarei
yang tidak menjabat jabatan resmi Kerajaan. Pendapat itu diperkuat
dengan namanya Manuru sarei yang artinya yang tinggal dihalaman. Pada
masa pemerintahan Raja Ma Ntau Asi Sawo Kerajaan Bima mencapai
tingkat kemakmuran yang tinggi dan mempunyai hubungan dengan Bandar Gowa
dan Gresik – Surabaya. Namun sesudah Raja Ma Ntau Asi Sawo wafat,
saudaranya Salisi Ruma Ma Ntau Asi Peka memangku sebagai wali
kerajaan disebabkan putera mahkota yakni Ruma Ma Mbora di Mpori Wera
belum mencapai usia dewasa. Dalam kesenjangan waktu tersebut Ia ingin
merebut tahta kerajaan sehingga timbul kemelut politik yang
berkepanjangan serta meminta korban besar baik jiwa maupun materi.
Rupanya dalam kemelut itu saudaranya Ma Nuru Sarei meninggalkan Bima
menuju pula Jawa mengikuti jalur perdagangan yakni di Gresik. Gresik
disamping pusat perdagangan Islam juga menjadi pusat pengembangan agama
Islam. Manuru Sarei memeluk agama Islam. Karena Dia adalah salah
seorang keturunan Raja Bima maka perkawinannya dengan Ratu Kedhaton
tidak ada masalah.
Selanjutnya Dr. Peter Carey menulis :
"Ibu
Dipanagara Raden Ayu Mangkara Wati ( c. 1770 – 1852 ) isteri tidak
resmi ( Garwa Ampean ) Sultan Hamengku Bowono III ( m. 1812 – 1814 )
adalah anak keturunan Kyai Ageng Prampelan ( orang dipuja-puja dizaman
Senopati”.
Dari data serta keterangan tersebut dapat disimpulkan :
- Kyai Ageng Derpa Yuda adalan anak Kyai Sulaiman Putera Raja Bima
- Kyai Ageng Derpa Yuda mempunyai puteri bernama Ratu Ageng yang tinggal di Tegalrejo
- Ratu Ageng Tegalrejo mempunyai puter bernama Raden Ayu Mangkara Wati.
- Raden Ayu Mangkara Wati kawin dengan Sulta Hamengku Bowono III.
- Dari perkawinannya itu melahirkan pangeran Diponegoro yang dikenal pula dengan nama pangeran Ngabdulkamid.
Dalam
diri pangeran Diponegoro pahlawan Nasional pahlawan nasional mengalir
darah campuran Bima – Madura sebagai cikal bakal moyangnya lahir
sebagai generasi kelima. Selama dalam pengasingan Belanda Pangeran
Diponegoro menggunakan namaPangeran Ngabdulkamid.(*86)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !